Oleh: Indah Rizky Aulia (Mahasiswi)
Angka kasus covid-19 mengalami peningkatan, untuk wilayah Kaltim angka positif yang terkonfirmasi sekitar 176.681, data ini diperoleh dari data perkembangan covid-19 di Indonesia (Antaranews.com, 26/2/22). Meningkatnya kasus covid-19 menjadi dilema bagi seluruh kalangan masyarakat tak terkecuali para praktisi pendidikan, pasalnya baru beberapa hari menyelenggarakan PTM secara penuh, kini harus kembali menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh. Dikutip dari (kompas.com) Sebanyak 10 sekolah di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) terpapar Covid-19 saat pembelajaran tatap muka (PTM). Sepuluh sekolah itu diantaranya 4 SD, 3 SMP, 1 TK, dan 2 SMA.
Ditengah harapan diselenggarakan PTM secara full berujung angan, tidak sedikit peserta didik yang terdampak pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan riset yang dilakukan Kemendikbudristek, menyatakan bahwa pandemi covid-19 telah menimbulkan kehilangan pembelajaran (learning loss), (Kemendikbud.go.id, 21/12/21). Learning loss menyebabkan terjadinya kemunduran dalam akademis baik secara pengetahuan dan keterampilan. Alhasil di tengah meningkatnya kasus covid-19 kembali mengacam generasi.
Permasalahan dalam pendidikan tidak ada habisnya apalagi saat ini diperparah dengan kondisi diberbagai wilayah yang mengalami lonjakan kasus covid-19. Sebelum pandemi para peserta didik dapat dikatakan unggul dalam akademik namun terdapat kecacatan secara kepribadian, hal ini dapat dilihat dari permasalahan pendidikan seperti kerap terjadinya tawuran antar pelajar, tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan, dan diperparah pada saat pandemi yaitu learning loss yang mengancam generasi dan berdampak pada proses pembelajaran serta kualitas peserta didik pun mengalami penurunan. Hal ini terjadi bukan hanya karena pandemi saja melainkan penerapan kehidupan sekuler (memisahkan kehidupan dengan agama) yang dijadikan alur dalam menjalankan kehidupan.
Permasalahan pendidikan ditengah pandemi perlu dievaluasi, penyelenggaraan PTM terbatas dan PJJ memiliki permasalahan masing-masing yang harus segera di selesaikan. Menjadi dilema tersendiri bagi para orang tua, peserta didik, dan pendidik. Pasalnya selama PJJ berlangsung orang tua dituntut untuk mendampingi anaknya dalam proses pembelajaran, melihat latar belakang orang tua yang berbeda-beda menjadi masalah tersendiri dalam menyelenggarakan pembelajaran di rumah, hal ini disebabkan keterbatasan yang dimiliki orang tua dalam mendampingi anak ketika belajar, kemudian peserta didik tidak memahami arah pembelajaran ketika dilaksanakannya PJJ. Disamping itu juga melihat kendala yang dihadapi selama PTM ancaman yang akan diperoleh peserta didik dan pendidik yaitu ancaman terpapar covid-19.
Padahal pendidikan dan kesehatan menjadi layanan umum yang harus dipenuhi oleh negara. Layanan pendidikan dan kesehatan menjadi sutau hal yang perlu untuk dilaksanakan, Terkait upaya yang dilakukan negara dalam mengatasi wabah dengan menghimbau untuk mematuhi protokol kesehatan, dan layanan vaksinasi, belum mampu menyelesaikan permasalahan pandemi covid-19.
Penerapan sistem kapitalisme dinilai gagal dalam mengatasi pandemi, hal ini nampak dari terjadinya peningkatan kasus covid-19. Menjadi suatu hal yang biasa, dalam penerapan sistem kapitalisme yang berorientasi pada kemaslahatan bagi para elit penguasa, dan minim terhadap kemaslahatan rakyat. Solusi yang ditawarkan tidak jauh dari orientasi materi yang ingin diperoleh. Yang terjadi kemaslahatan rakyat dikesampingkan sehingga yang menerima derita berkepanjangan ialah rakyat yang tidak memiliki kekuatan. Pendidikan dan layanan kesehatan dalam sistem kapitalisme terlihat bahwa negara bukanlah menjadi pelayan dalam memberikan kemajuan untuk generasi intelektual dan memiliki kepribadaian yang bertakwa namun hanya memenuhi kepuasan intelektual yang sekuler.
Perlu disadari, umat Islam saat ini terjebak pada permasalahan yang fokus terhadap akibat, padahal penyebab permasalahan yang terjadi baik pendidikan dan kesehatan dan aspek kehidupan lainnya karena penerapan sistem yang tidak menerapkan aturan Allah. Berbeda dengan Islam yang menjadi pandangan hidup manusia. Islam memandang bahwa layanan pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dari sistem pendidikan mampu melahirkan generasi intelektual yang unggul baik dalam bidang agama, sains, teknologi, hal ini dapat dilihat dari para tokoh Islam seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Abbas bin Firnas yang memiliki kepribadian yang bertakwa kepada Allah, dan mampu memberikan kemaslahatan untuk umat dari hasil pendidikan yang dilangsungkan.
Pendidikan dalam Islam tidak hanya memfokuskan hanya satu bidang melainkan semuanya terjalin jadi satu, karena aturan yang lahir bukan dari pemikiran manusia, melainkan aturan Allah ta’ala. Kemudian layanan kesehatan dalam pandangan Islam merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh negara. Dengan tidak membeda-bedakan memberikan pelayanan terhadap rakyat, dana yang diperoleh untuk mengoptimalkan layanan kesehatan dan pendidikan yaitu dari pemanfaatan sumber daya alam yang dikelola oleh negara,
Maka sudah jelas Islam sebagai pemecah permasalahan kehidupan artinya memiliki solusi tuntas untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan. Bahkan dalam situasi tedampak wabah Islam memiliki solusi mengatasi wabah sesuai dengan tuntutan syariat seperti dalam hadits Nabi SAW bersabda: “ jika kalian mendengar wabah disuatu wilayah, janganlah kalian memasukinya. Jika wabah berada ditempat kalian berada, jangan kalian tinggalkan tempat itu” (HR Bukhari).
Selain itu Islam memandang pemimpin adalah sebagai pelindung bagi rakyat yang mampu menjalankan amanah dan bertanggung jawab atas pengurusan urusan rakyat,. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW bersabda“imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya”. (HR. Bukhari).
Islam bukan hanya sekedar agama melainkan sistem yang mengatur kehidupan manusia. Sebagai seorang muslim kembali kepada aturan Islam sudah menjadi keharusan sebagai bentuk ketaatan terhadap aturan yang telah diatur oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Yang diikuti dengan mencampakkan sistem yang tidak mengambil aturan Allah. Maka perlu diingat bersama bahwasannya “Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” (HR. Ad-Daruquthni) Wallahu’alam Bi Shawab.