Opini  

Opini: Koreksi Sistem Pendidikan Demi Hentikan Tawuran

Hentikan Tawuran

Oleh: Putri Wulandari, Amd.Keb

Ada begitu banyak peraturan yang sudah dilahirkan untuk mencegah tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan misalnya, Permendikbud 82/2015, Permendikbudristek 30/2021, Pembentukan POKJA dan lain-lain, Kurikulum pun sudah sering berganti, namun data KPAI tentang kekerasan dan tawuran masih juga banyak terjadi di beberapa wilayah dan sangat memprihatinkan sebab seringkali memakan korban jiwa.

Kasus terbaru di semarang dua kelompok anak SMP dengan membawa berbagai macam senjata tajam sudah siap melakukan tawuran namun berkat kepedulian warga yang sigap membaca kondisi segera melaporkan hal tersebut sehingga tawuran dapat di bubarkan oleh kepolisian setempat dan mengamankan sekitar 8 anak.

Mengapa hal ini masih saja terjadi, dimana peran guru-guru yang bertugas menanamkan nilai-nilai adab dan akhlak mulia pada anak-anak, dimana peran masyarakat yang bertugas memberikan teladan dan contoh kerukunan pada anak-anak, dimana peran negara yang bertugas memberikan pelayanan pendidikan terbaik pada generasi dan menjaga akidah dan nyawa rakyatnya dari pemikiran sekuler dan liberal, dan dimana peran orang tua yang bertugas sebagai sekolah pertama dalam memahamkan nilai-nilai agama pada anak-anak agar menjadi insan yang bertakwa.

Baca Juga  Pelaku Penikaman Pelajar di Tikke Hingga Tewas Ditangkap Polisi. Begini Kronologisnya

Dalam upaya menjaga dan mencetak generasi yang menyejukkan mata, beradab, berakhlak mulia, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbakti kepada kedua orang tua dan Negara, hendaknya semua elemen duduk bersama bicara baik-baik menyatukan pikiran dan perasaan serta bekerja sama dalam memutus kebiasaan tawuran ini, dan saling menasehati melihat kesalahan dan kekurangan masing-masing selama ini dalam mendidik generasi, baik itu kekeliruan yang dilakukan oleh kebijakan pemerintah, kesalahan dalam mengadopsi sistem pendidikan, matinya nilai-nilai moral dan sosial di masyarakat, serta hilangnya peran orang tua sebagai guru pertama dalam mendidik anak.

Oleh sebab itu untuk mencetak generasi yang bertakwa diperlukan ilmu dan agama dalam memilih pasangan hidup, sebab gambaran anak yang sholeh lahir dari orang tua yang sholeh pula, oleh sebab itu dalam memilih pendamping hidup utamakan agamanya dan lihatlah akhlaknya, dalam menumbuhkan sifat-sifat kebaikan pada anak-anak hendaknya lingkungan masyarakat juga berperan untuk senantiasa menghidupkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari untuk dicontohkan kepada generasi, dan pedoman kumpulan nilai-nilai kebaikan ada dalam agama islam dan sunnah Rasulullah seperti membiasakan saling memaafkan, saling membantu, saling gotong royong, jujur, senyum, rendah hati dan lain-lain sebab gambaran suatu bangsa di masa depan dilihat dari gambaran generasinya saat ini.

Baca Juga  Opini: Wacana Penundaan Pemilu, Demi Kepentingan Siapa?

Begitu pula negara hendaknya mengganti aturan sistem dan kebijakan pendidikan saat ini, agar fokus pendidikan ialah mencetak insan yang bertakwa sebab fokus pendidikan hari ini ialah siap kerja dan bersaing dengan dunia internasional dengan memakai sistem pendidikan liberal dan jauh dari nilai-nilai agama sehingga sangat langka sekali menemukan pejabat yang bersih dari korupsi, melihat pemimpin yang zuhud dan sholeh, melihat ASN yang amanah, melihat pengusaha yang jujur, melihat tenaga kesehatan yang ikhlas, melihat aparat keamanan yang ramah dan mengayomi, melihat kerukunan antar ummat beragama.

Ada baiknya kelas laki-laki dan perempuan dipisah agar anak-anak mampu fokus belajar dan bukan pacaran dan setiap 1 guru memegang paling banyk 5 siswa agar guru dan murid mampu lebih khusyu dalam belajar dan lebih dekat dibandingkan 1 guru dituntut mengawasi 30 an sampai 40 an anak dalam satu kelas, ada baiknya pula negara mencontoh sistem baitul mal seperti dalam syariah agar pendidikan gratis dan bisa di nikmati seluruh rakyat, selanjutnya fokus pendidikan dasar ialah memahamkan nilai agama, adab dan akhlak pada anak-anak yang sering di amalkan dalam kehidupan sehari-hari seperti mencium tangan orang tua dan guru, menghormati yang lebih tua, rendah hati, menumbuhkan sifat tolong meolong, sholat, kerja sama, puasa, jujur, sabar, sopan santun dan lain-lain setelah masuk ke tingkat selanjutnya pendidikan dibantu dengan pelajaran hitung-hitung dan lain-lain, sebab anak yang memilki adab dan akhlak walaupun ilmunya sedikit itu lebih baik dan mulya dari pada anak yang pandai namun kasar, sombong dan tidak memiliki adab dan akhlak. Wallahu a’lam bissawab

Baca Juga  MEDIA SOSIAL MENJADI WADAH KAMPANYE PEMILU 2024