MAJENE, Sebuah postingan di media sosial facebook memperlihatkan seorang narasumber, ibu berjilbab dengan kacamata tampak asyik membawakan materi pembuatan kue tar sesuai dengan spanduk yang tertulis di belakang pemateri.
Gambar itu diposting akun facebook aqsa lawan, Kamis 8 Juni 2023 pagi.
Selain narasumber, terlihat pula di gambar seorang ibu lainnya yang kemungkinan bertindak sebagai moderator atau mc atau panitia.
Belum diketahui kegiatan ini dilaksanakan dimana dan waktunya, namun dari spanduk yang tertera di gambar, kegiatan itu dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja Majene bekerja sama dengan lembaga pemuda pemerhati pendidikan (LP3).
Melihat postingan itu, sejumlah warganet terpancing untuk berkomentar.
“Buang anggaran 50jt 1 kali untuk 1 kali belajar vs beli kuota untuk 50orang/100rb bisa diulang2 diliat dipelajari banyak pula reverensinya (wan mulawarman).
Wan Mulawarman modal wifi gratis dan voucher 2.000 bisa maki nonton ini berulang ulang kali,” balas akun facebook aqsa lawan.
Wan Mulawarman itulah, kita prihatin sebagai warga Majene, dikondisi sulit seperti sekarang mestinya lebih efektif menggunakan anggaran yang terbatas..
Defisit, utang, TTP, Pilkades Dan lain2, mestinya itu dulu diprioritaskan..(wan mukawarman)
Wan Mulawarman tapi memang enak kerja pelatihan..
Enak dikerjakan, enak juga dipertanggungjawabkan. Cuman modal Absen, Dokumentasi dan LPJ yang mudah dimanipulatif (aqsa lawan).
Ketua JMSI Sulbar, Idham saat dihubungi, Kamis (5/6/2023) mengatakan, di sejumlah OPD di Majene, anggaran pelatihan jadi primadona dibanding dengan anggaran lainnya seperti pekerjaan konstruksi dan lain-lain.
“Melaksanakan kegiatan pelatihan jauh lebih banyak keuntungan yang diperoleh oleh panitia pelaksananya. Hal ini karena dengan anggaran berkisar Rp 50 juta hingga Rp 100 juta, terkadang pelatihan dilaksanakan tidak sesuai dengan pertanggungjawaban,” ujarnya
Idham menyebut, dirinya pernah bertanya kepada salah seorang pengelola pelatihan di Majene. “Dia bilang enak sekali kerja pelatihan, tidak repot, hanya sehari sudah dapat untung banyak. Coba Kalau pekerjaan fisik, harus cari tukang, bahan dan banyak lagi, untungnya juga sedikit,” ujarnya.
Tak heran, lanjutnya, kegiatan pelatihan yang tidak berfaedah dan buang buang anggaran menjamur di OPD. ” Untungnya banyak, jauh dari pantauan dan sepertinya kurang dilirik aparat penegak hukum. Padahal justru mark up besar diduga terjadi disitu,” tambahnya.
Idham berharap, untuk menghentikan menjamurnya kegiatan pelatihan yang tidak berfaedah dan buang anggaran, penegak hukum harus fokus memeriksa kegiatan itu. “Bayangkan, kegiatan pelatihan di APBD Majene jumlahnya cukup fantastis,” ujarnya. (ril)