MAJENE, Seorang pasien isolasi RSUD Majene, Abdul Halik dilaporkan meninggal setelah keluarganya memaksa dan meminta pulang dari RSUD Majene dalam kondisi sekarat, Jumat (25/2/2022).
Direktur RSUD Majene Dr. Nurlina, Sp.P saat dihubungi via telepon mengatakan, dirinya sendiri yang berhadapan dengan keluarga pasien. “Pasien minta pulang, saya tidak ijinkan, dia pulang paksa. Kondisi pasien saat pulang tidak meninggal, jadi bukan pulang bawa jenazah. Tapi memang kondisi perburukan atau kondisi berat, ” ujarnya
Dokter kelahiran Keppe Palopo itu menjelaskan, karena pasien tersebut kemungkinan besar perdarahan otak akibat benturan karena kecelakaan lalu lintas. “Sudah tidak sadar memang waktu masuk. Cuma rapidnya, swab antigennya positif, jadilah dia dirawat di ruang isolasi. Pagi pagi saya masuk jam 6 pagi tadi, pasien mungkin masuknya sekitar subuh. Keluarga pasien minta penjelasan, saya jelaskan ini kondisinya memang sudah kritis, memang tidak ada kita punya peralatan untuk kondisi tersebut,” jelasnya.
Dokter ahli Paru yang dimiliki Majene itu menambahkan, pasien seperti ini mesti dirujuk, tapi kondisinya sudah sangat tidak memungkinkan untuk dirujuk. “Bahkan seandainya pasien tersebut sudah berada di RS yang dituju sekalipun, kemungkinan besar untuk pertimbangan operasi barangkali sulit karena kondisinya sudah berat. Daripada kita berdebat, mau mencari kiri kanan bagaimana mau dirujuk, jadi saya persilahkan lebih mendekat kepada pasien,” ungkapnya.
Selain itu, Dr. Nurlina mengatakan, setelah dijelaskan, keluarga datang lagi dan minta pulang. “Jadi saya bilang, Pak, tidak bisa pulang, tidak boleh pulang,” ucapnya.
Dr. Nurlina kemudian mengatakan, keluarga pasien siap menanggung segala resikonya. ” Setelah saya edukasi tidak mau menerima, disodorkan kertas hitam putih, bersedia menanggung resikonya. Termasuk saya bilang, pak, nanti bisa-bisa didatangi Satgas, karena swab antigennya positif. Dia bilang saya bertanggungjawab,” bebernya.
Setelah Dr. Nurlina mengunjungi pasien lain di lantai II dan kembali turun ke lantai I, pasien sudah tidak ada. “Eh sudah tidak ada mereka. Kami protapnya mau swab PCR lagi untuk dikirim ke Makassar, petugas bilang sudah tidak ada pasiennya,” ungkapnya.
Direktur yang baru dilantik beberapa waktu lalu itu memaparkan, kalau pasien pulang paksa keinginan sendiri, biasanya mereka sudah punya kendaraan sendiri, karena mereka yang meminta. “Kalau merujuk, pasti pakai ambulans atau meninggal mau pulang, pakai ambulans. Ini pasien pulang kondisi tidak meninggal. Jadi setelah itu, cepat sekali mereka itu pulang. Kita coba kontak hubungi adakah ada permintaan ambulans, tidak juga. Jadi benar-benar pulang atas inisiatifnya sendiri, siap menanggung segala resiko yang berkaitan dengan tindakan mereka itu. Hanya saja supaya terarah, secepatnya saya harus lapor satgas Kabupaten,” pungkasnya. (Satriawan)